Jurnal Detektif

A blog about detective, forensics, psychology, weapory and many more!

Full width home advertisement

Senjata: Pelindung dan Penghancur

Keahlian Seorang Detektif

Post Page Advertisement [Top]

Article Contributed by: Rs.

Sering kita melihat dalam film-film barat adegan dimana seorang detektif sedang menelusuri buku telepon, koran, atau di latar yang lebih modern, sebuah komputer. Meskipun sepertinya adegan tersebut hanyalah penggambaran rasa pensaran dari seorang detektif ataupun hanya sebuah representasi dari kasus yang mencapai titik puncaknya, kegiatan tersebut bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dengan harapan menemukan informasi baru ataupun menguatkan bukti pendukung analisis. Selain menelusuri data yang ada, seorang detektif juga menganalisis deskripsi diri dari pelaku kriminal menurut saksi korban yang berada di lokasi kejadian.

Pengertian

Phychological Profiling telah digunakan sejak tahun 1940 untuk mengungkapkan kasus kejahatan. pembunuhan berantai merupakan merekam perilaku seseorang dan menganalisis dan memprediksikan kemampuan mereka dalam bidang tertentu. Berbeda dengan cyber crime yang adalah kejahatan yang memanfaatkan komputer dan jaringan internet untuk merugikan masyarakat tertentu.  Berbeda dengan “tim cyber”, disini detektif bekerja sebagai profiler dalam memanfaatkan jaringan data yang dimiliki untuk bisa mengakses dan menyelidiki lebih mendalam mengenai identitas pelaku criminal ataupun informasi pembantu lainnya. Disini, detektif bertugas mempersempit bidang tersangka untuk mendapatkan hanya beberapa sosok yang berpotensi menjadi pelaku kejahatan melalui berbagai macam informasi yang telah terkumpul tadi.

Profiler melakukan tugasnya untuk mencari informasi
Image by Gerd Altmann from Pixabay 

Tujuan

Jika tersangka sudah didapatkan, maka tujuan dari profiling adalah membentuk gambaran kepribadian dan perilaku dari si pelaku, ataupun informasi pendukung lain


Kasus Kejahatan Cyber Crime

  • 1.    Peretasan 1 Milliar akun yahoo
  • 2.      Serangan mirai
  • 3.      Popularitas ourmine
  • 4.      Peretasan Democratic National Comitte (DNC)
  • 5.      Iphone yang menjadi saksi terorisme di San Bernardino
  • 6.      Kasus ujaran kebencian di media social bu Yani
  • 7.      Provokator Tanjung Balai

Oleh karena itu seorang detektif diperlukan dalam menangani masalah yang ada dan menemukan pelaku yang bertanggung jawab atas masalah yang timbul, itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan seorang detektif. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada untuk mengungkapkan kebenaran yang kerap kali disembunyikan.


Klasifikasi Profiling

Dalam menangani kejahatan forensik menggunakan psikolog induktif dan deduktif profiling.


Induktif profiling

Mempelajari tentang pengembangan data statistika dengan melibatkan pola-pola perilaku yang dikenal dan karakteristik demografi bersamaan dengan penjahat.


Deduktif profiling

Menggunakan bukti forensic, bukti TKP, viktimologi, karakteristik perilaku, dan sebagainya.


Tahapan teknik profiling

  1. Buatlah analisa mengenai tipe kejahatan dan bagaimana kejahatan tersebut dilakukan kemudian bandingkan dengan tipe kejahatan di kasus lain di masa lampau.
  2. Buatlah analisan mengenai TKP. Setiap serial killer walaupun terlihat mirip modus operandi pasti akan memiliki signature tersendiri. Setiap pelaku kriminal memiliki ciri khas/unik dalam melakukan kejahatan.
  3. Analisis kegiatan korban sehari-hari untuk melihat kesamaan pelaku dengan korban.
  4. Analisa kemungkinan faktor yang dapat menjadi motif
  5. Deskripsi mengenai kemungkinan pelaku dari karakteristik yang sudah terdeteksi.


 Tahapan proses Profiling

Douglass dkk. (1986) menjelaskan tentang proses profiling:

Input

Mengumpulan fakta dan data aksi kejahatan yang sedang diinvestigasi.

Desicion process

Menyusun informasi menjadi yang bermakna, sarta yang menjadi siapa yang rentan yang menjadi korban dan resiko yang ditanggung pelaku dalam melakukan aksinya.

Crime Assessment

Rekonstruksi kejahatan serta menganalisis motivasi pelaku.

Crime Profile

Membangun deskripsi profil si pelaku.


5.      Investigation

Deskripsi profil sebagai petunjuk.


6.      Apprehension

Mencocokan informasi baru dengan deskripsi profile yang telah dibuat.


Fase-fase profiling


Antecedent

Pertanyaan mengenai asal/alasan pelaku melakukan kejahatan.

2.     Method and Manner

Pertanyaan mengenai apa dan bagaimana kejahatan tersebut dilakukan.

3.      Evidence Disposal

Pertanyaan bagaimana cara pelaku menghilangkan barang bukti.


4.      Post-offense Behavior

Pertanyaan mengenai apa yang dilakukan pelaku setelah melakukan kejahatan.


Tambahan

Hal yang harus diperhatikan dalam membuat profiling:

1.      Kondisi pelaku

Bertanya mengenai apa kebiasaan dia, gangguan psikologis apa yang diterima pelaku, bagaimana sifatnya, dans sebagainya.

Karakteristik korban

Deskripsi detail mengenai korban. Pastikan bahwa pelaku memiliki suatu kesamaan meskipun tidak jelas.


3.      Cara si pelaku melakukan kejahatan

Detail bagaimana si pelaku melakukan kejahatan


4.      Signature

Mencari tahu apakah ada hal yang sama di TKP. Karena ini garis penghubung antara satu kejadian dengan kejadian yang lain.


5.      Trigger

Mencari tahu mengenai alasan si pelaku melakukan kejahatan.


6.      TKP

Mulai diperhatikan posisi komputer, kepribadian pelaku di TKP, dan bagaimana dia berprilaku.


Kesimpulan

Profiling merupakan salah satu tahap terpenting dalam pengungkapan kasus kejahatan karena profiling merupakan tahapan mengumpulkan berbagai macam dasar analisis yang dapat dilakukan oleh para detektif. Inti utama dari kegiatan profiling adalah kemahiran mengumpulkan data dari berbagai sumber dibarengi dengan kemampuan analisis untuk menentukan dependensi ataupun silogisme dari data yang telah ditemukan untuk mengungkap lebih banyak data yang membantu. Maka dari itu, teknik profiling tak dapat dipelajari begitu saja dan harus melalui proses latihan serta pengalaman di kehidupan sehari-hari.

Referensi:



1 comment:

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib