Kembali ke - Berpikir secara logis: Basic and Reasoning
Sebagai detektif, tentu saja kita akan membuat berbagai macam pernyataan, argumen, bantahan, ataupun jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang. Mungkin mudah untuk memberikan jawaban, namun yang tidak mudah adalah untuk memberikan jawaban tanpa kesalahan logika atau logical fallacies. Beberapa kesalahan logika sangat mudah untuk terlihat seperti “Ad Hominem” sedangkan beberapa kesalahan akan sangat susah untuk disadari. Maka dari itu, kesempatan ini bertujuan untuk membahas mengenai beberapa kesalahan logika yang sering terjadi agar kita dapat mengantisipasi terjadinya kesalahan tersebut ataupun melakukan tindakan untuk menanggapinya.
Sebelum sobat
detektif membaca artikel ini, ada baiknnya bahwa kalian telah membaca postingan
sebelumnya yaitu Berpikir secara logis: Basic and Reasoning agar lebih memahami
dasar dari apa yang akan kita bicarakan pada postingan kali ini. Untuk membaca
postingan tersebut kalian bisa mengklik link diatas ataupun menuju ke Berpikir secara logis: Basic and Reasoning.
Filsuf Yunani Kuno source: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1b/Greek_philosopher_busts.jpg |
Perlu diingat bahwa argumen deduktif harus valid dan benar. Sebuah argumen yang benar adalah yang diterima secara luas dan memiliki premis yang cukup kuat. Maka dari itu, penting untuk bisa membedakan yang mana fakta dan opini. Kesalahan logika bisa terdapat di premis (kebenarannya) atau di penalaran (valid-tidak-nya). Secara garis besar, hal tersebut bisa terjadi karena salah menggunakan atau merepresentasikan bukti, menggunakan premis yang salah ataupun menghilangkan premis yang dibutuhkan, hingga melakukan distorsi atau perubahan pada isu permasalahannya. Berikut adalah Beberapa kesalahan logika tersebut:
- Strawman
- False Cause
- Appeal to Emotion
- The Fallacy Fallacy
- Slipery Slope
- Ad Hominem
- To Quoque
- Personal Incredulity
- Special Pleading
- Loaded Question
- Burden of Proof
- Ambiguity
- The Gambler’s Fallacy
- Bandwagon
- Appeal to Authority
- Composition / division
- No True Scotsman
- Genetic
- Black-or-White
- Begging the Question
- Appeal to Nature
- Anecdotal
- The Texas Sharpshooter
- Middle Ground
Sebelum kita mulai
membahas satu persatu kesalahan logika yang sering terjadi, mari kita menelaah
pengertian fallacies terlebih dahulu.
Menurut artikel di situs owl.english.purdue.edu hasil kontribusi Weber, Ryan dan Brizee, Allen
disebutkan bahwa Fallacies are common errors in reasoning that
will undermine the logic of your argument. Dengan kata lain, kesalahan logika akan merusak
logika dari argumen yang kalian berikan. Bahkan, kesalahan logika juga akan
membuat citra kalian menjadi buruk mengingat kata-kata mutiara “You’re what you say.” Berikut adalah Penjelasan
dari kesalahan logika yang telah disebut di atas:
Strawman
Merepresentasikan argumen seseorang dengan salah sehingga lebih mudah menyerang orang itu.
Biasanya
dilakukan dengan cara melebih-lebihkan, atau mebuat-buat argument seseorang.
Tujuannya adalah agar posisi kalian dipandang lebih kuat. Ketidakjujuran ini berakibat
merusak perdebatan rasional yang cenderung jujur.
Contoh: Setelah
Sherlock mengatakan bahwa negara harus meningkatkan anggaran untuk pembangunan
jalan, Dikep menanggapi bahwa ia terkejut karena Sherlock melupakan anak-anak
di luar sana yang membutuhkan Pendidikan.
False Cause (post hoc, ergo propter hoc)
Menaggap bahwa hubungan antara dua hal menyatakan bahwa salah satu hal mengakibatkan hal yang lainnya.
Terkadang orang tidak bisa menentukan korelasi
atau penyebab dari suatu hal. Beberapa korelasi juga ada yang terjadi secara
kebetulan ataupun terjadi karena penyebab yang sudah umum.
Contoh: Dikep menyajikan sebuah grafik
perbandingan dimana curah hujan meningkat seiring dengan bertambahnya orang
yang masih jomblo. Maka dari itu, menigkatnya curah hujan disebabkan oleh orang
yang masih jomblo.
Appeal to Emotion
Mencoba untuk menampilkan emosi atau perasaan sebagai ganti argumen yang valid dan logis.
Emosi
yang ditampilkan adalah seperti takut, iri, benci, iba, sombong, dan masih
banyak lagi. Sebenarnya, terkadang memang ada argumen koheren yang bisa
memancing emosi tertentu, namun masalahnya adalah ketika kalian menggunakan
emosi tersebut daripada berargumen yang logis. Kesalahan juga terjadi jika ada
usaha menampilkan emosi untuk mengaburkan fakta bahwa tidak ada alasan rasional
yang kuat untuk posisi seseorang.
Contoh:
Sherlock menolak untuk makan sate biawak, tetapi Dikep mengatakan bahwa masih
banyak orang di luar sana yang kurang beruntung dan tidak bisa mendapatkan
makanan sama sekali.
The fallacy fallacy
Menganggap bahwa karena sebuah argumen disampaikan dengan kurang baik, atau terdapat kesalahan di dalamnya, maka argument tersebut pasti salah.
Sangat mungkin untuk
menyatakan bahwa sebuah argument salah sebelum kita menyampaikan argument
koheren kita, semudah menyampaikan bahwa argument kita benar dibanding argument
yang buruk dan salah.
Contoh: Setelah menyadari
bahwa Theressa melakukan kesalahan logika saat berargumen bahwa kita harus
makan makanan sehat, Maka dari itu, Dikep mengatakan bahwa kita bisa makan junk
food setiap hari dengan bebas.
Slippery Slope
Mengatakan bahwa jika kita mengizinkan “A” untuk terjadi, maka “Z” juga akan terjadi, karena itu “A” seharusnya tidak terjadi.
Kesalahan dari penalaran ini
adalah dimana kita menghindari isu yang sedang dibicarakan dan malah
memfokuskan kepada hipotesis yang terlalu ekstrim. Maksud dari hipotesis yang
terlalu ekstrim adalah kita membuat sebuah hipotesis (jika “A” terjadi maka “Z”
juga terjadi) yang tak memiliki bukti jika hal tersebut akan terjadi.
Kekeliruan ini berbentuk mirip seperti “Appeal to Emotion” yang memanfaatkan
rasa takut. Kesalahan ini membuat argument kita tercemari oleh dugaaan yang
tidak berdasar.
Contoh: Dikep mengatakan
bahwa jika kita mengizinkan pernikahan sesama jenis, maka selanjutnya kita juga
akan mengizinkan orang-orang untuk menikahi orang tua-nya, mobilnya, bahkan
hewan peliharaan mereka sendiri.
Ad Hominem
Menyerang karakter personal ataupun sifat lawan bicara dengan tujuan untuk merusak argumen mereka.
Menurut
penulis, ini merupakan kesalahan logika yang paling sering ditemui di kehidupan
sehari-hari. Ad Hominem bisa berupa terus terang mencela karakter seseorang,
atau secara halus meragukan karakter atau atribut personal seseorang sebagai
jalan untuk mendiskreditkan atau merusak argument seseorang. Akibatnya, kita
menghancurkan argument seseorang tanpa harus berhadapan langsung pada
perdebatan yang rasional.
Contoh: Danny
adalah seorang bocah SD yang telah diberi penyuluhan tentang buruknya rokok
bagi kesehatan. Ketika dia memperingatkan seseorang dewasa yang merokok di
tempat umum, orang tersebut malahan berkata bahwa Danny yang masih bocah SD tidak
tahu apa-apa.
Tu Quoque (Appeal to Hypocrisy)
Menghindari menerima kritik dengan cara mengembalikannya ke orang yang mengkritik. Dengan kata lain, menjawab kritik dengan kritik.
Dibaca too-kwo-kwee yang artinya adalah “kamu
juga”. Sering disebut lebih efektif dari red
herring karena dapat membuat seseorang tak perlu susah payah mempertahankan
argument mereka dengan cara mengalihkan focus pembicaraan kepada orang yang
memberikan kritikan pada orang yang memiliki argument tersebut.
Contoh: Dikep mengkritik bahwa Shania melakukan
sebuah kesalahan logika pada pembicaraan, namun ketimbang menjawab kritikan
Dikep, Shania malah menuduh Dikep juga melakukan kesalahan logika di
pembicaraan yang sebelumnya.
Personal Incredulity
Karena menemukan seseuatu yang terlalu sulit diapahami, atau sesuatu yang tidak dipahami cara kerjanya, maka kamu menyimpulkan bahwa sesuatu tersebut kemungkinan tidak benar.
Beberapa subyek yang rumit seperti teori evolusi,
dan lainnya membutuhkan waktu yang lama untuk memahaminya sebelum bisa membuat
pernyataan atau argument mengenai subyek tersebut. Kesalahan ini biasanya
bersumber dari pemahaman tersebut.
Contoh: Shally menggambar proses evolusi hewan
laut menjadi manusia seperti sekarang ini, dan bertanya kepada Dikep apakah
kita cukup bodoh untuk percaya bahwa ikan bisa menjadi manusia begitu saja
melalui proses yang Panjang.
Special Pleading
Mengubah tujuan pembicaraan atau membuat pengecualian ketika klaim yang dibuat terbukti salah.
Terkadang,
manusia memiliki rasa takut untuk berbuat salah. Daripada mendapatkan pikiran
yang telah diubah menjadi lebih baik, kita malah berusaha untuk bertahan pada
keyakinan yang lama. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan pemahaman
bahwa yang telah benar akan selalu benar. Biasanya akan sangat mudah untuk
mempercayai sesuatu yang cocok dengan kita. Tetapi, dibutuhkan integritas dan
kejujuran untuk bisa memahami pendapat orang lain tanpa membenarkan argument
kita dengan segala cara.
Contoh: Melia
mengklaim dirinya sebagai seorang ahli fisika. Namun, ketika kemampuannya di
tes secara ilmiah, Melia tak menunjukkan tanda-tanda sebagai seorang ahli
fisika. Setelah itu, dia menjelaskan bahwa agar kemampuannya keluar, orang yang
melihatnya harus percaya kepadanya.
Loaded Question
Bertanya ke seseorang dengan pertanyaan yang tak dapat dijawab tanpa perasaan bersalah.
Loaded question
sangat efektif untuk membelokkan situasi dalam debat rasional. Lawan bicara
yang mendapat loaded question tersebut terpaksa mempertahankan dirinya sehingga
dia akan terlihat kacau dan bingung.
Contoh: Helen dan Shania sama-sama menyukai Dikep.
Suatu hari, ketika Dikep duduk bersama mereka bertiga, Helen bertanya dengan
nada keras, apakah Shania masih jarang mandi.
Burden of Proof
Mengatakan bahwa untuk melakukan pembuktian bukanlah orang yang membuat klaim, melainkan dari orang lain yang bisa membantahnya.
Pembuktian suatu klaim seharusnya dilakukan orang
yang membuat klaim, bukan dari orang lain. Maka dari itu, orang lain yang
mungkin menyanggah klaim mu tidak membuat klaim mu benar atau salah. Karena
kita tak pernah bisa memastikan apapun, maka dari itu kita harus memasang derajat
keyakinan ke klaim kita berdasarkan bukti yang kita punya. Kita juga tak boleh
mengabaikan sesuatu yang belum bisa kita buktikan secara pasti, karena itupun
bisa menjadi kesalahan logika.
Contoh: Abel menyatakan bahwa ada sebuah ban mobil
yang sekarang mengorbit matahari diantara bumi dan mars. Karena tidak ada yang
bisa membuktikan dia salah, maka klaim Abel menjadi valid.
Ambiguity
Menggunakan makna gand atau kedwimaknaan suatu bahasa untuk mengaburkan kebenaran.
Sebuah alasan utama kenapa Ambiguity menjadi
kesalahan adalah karena keambiguan menyesatkan secara intrinsik atau secara
tersembunyi. Biasanya para politikus menggunakan kedwimaknaan (Ambiguity) untuk
menyesatkan pemahaman masyarakat sehingga para politikus tersebut terlihat
jujur ketika mereka dalam masa pengawasan dan melakukan kesalahan.
Contoh: Ketika seorang guru bertanya kepada
seorang murid kenapa tetap merokok di tempat yang jelas-jelas diberikan
peringatan untuk tidak merokok, murid itu menjawab bahwa ia tidak merokok dibawah
tulisan “dilarang merokok di sini”.
The Gambler’s Fallacy (Monte Carlo Fallacy)
Menganggap bahwa jika sesuatu lebih sering terjadi dibanding biasanya pada suatu waktu tertentu maka sesuatu tersebut akan jarang terjadi kedepannya, dan sebaliknya.
Disebut demikian
karena fenomena ini sering terjadi di kota-kota tempat perjudian, misalnya kota
Las Vegas di padang gurun Nevada, USA. Peluang terjadinya suatu kejadian
tetaplah independent di setiap kejadian tersebut.
Contoh: Pada
sebuah permainan lempar koin yang dilakukan selama 20 ronde, kepala sudah
muncul sebanyak 11 kali. Maka dari itu, Dikep berpikir bahwa ekor akan muncul
sebentar lagi. Padahal, peluang terjadinya kepala atau ekor tetaplah 50/50, tak
terpengaruh kejadian sebelumnya.
Bandwagon
Mengasumsikan bahwa suatu hal atau opini yang dipercaya atau popular di kalangan masyarakat luas selalu benar.
Kesalahannya
terdapat pada percaya bahwa jika banyak orang melakukan hal yang sama, pasti
hal tersebut benar. Jika seperti itu, maka bumi kita datar karena sebagian
besar orang di jaman dahulu percaya demikian
Contoh: Cherry
menggantung jimat di depan kamarnya karena seluruh orang di kampung nya percaya
bahwa itu dapat mengusir kurcaci nakal.
Appeal to Authority
Mengatakan bahwa karena pihak yang berwenang menyatakan demikian, maka hal tersebut pastilah benar.
Penting bagi kita
bahwa kesalahan logika ini tidak bisa kita tujukan kepada kesepakatan ilmiah
ataupun ke orang yang ahli di bidangnya. Apalagi jika seorang ahli telah mendemonstrasikan kalaimnya. Meski
demikian sangatlah mungkin terdapat kesalahan. Maka dari itu, otoritas yang dimiliki oleh seseorang atau
institusi tidak memiliki pengaruh terhadap argument yang mereka keluarkan.
Contoh: Karena Peter
terdesak dan sulit mempertahankan argumen bahwa bumi itu datar, maka Peter
berkata bahwa ia mengenal seorang ilmuwan yang meragukan bahwa bumi itu bulat.
Composition / division
Menganggap bahwa satu bagian dari sesuatu harus diterapkan ke semua atau ke bagian lainnya; atau seluruhnya harus diterapkan ke tiap bagian.
Terkadang kita
menganggap bahwa jika satu bagian benar, maka seluruhnya juga benar ataupun
sebaliknya. Namun, yang penting adalah ada tidaknya bukti kuat yang meyatakan
demikian. Terkadang, ketika kita menemukan konsistensi di ssesuatu, pemikiran
kita terbiaskan bahwa konsistensi tersebut terus ada meskipun sudah berada di
tempat dimana konsistensi tersebut tidak berlaku.
Contoh: Dimas
adalah anak kecil yang suka membaca buku ilmiah. Dia mengetahui bahwa atom tidak terlihat. Maka
dari itu, karena dia berpikir dia terbuat dari atom yang tak terlihat, maka dia
juga tidak bisa terlihat.
No True Scotsman
Menginterpretasikan bukti dengan tujuan untuk membantah kritikan atau kesalahan di argumen.
Pada kesalahan logika ini, argument seseorang akan
terus terlihat tidak bisa disalahkan sekuat apapun buktinya. Sedikit perubahan pada
makna bukti yang ia berikan, akan selalu membuat argumen nya ‘benar’. Jenis
pos-rasionaliasi ini bertujuan untuk menghindari kritikan yang seharusnya benar
terhadap argumen seseorang.
Contoh: Albert
menyatakan bahwa tidak ada orang suku A yang menambahkan gula ke soup mereka.
Beno, yang menyatakan dirinya sebagai suku A berkata bahwa ia menambahkan gula ke
soup-nya. Dengan marah dan dengan logat seperti suku A, Albert berteriak bahwa
tak ada orang suku A sejati yang menambahkan gula ke soup mereka.
Genetic
Memutuskan sesuatu itu baik atau buruk berdasarkan asal sesuatu tersebut, atau dari siapa ia berasal.
Kesalahan ini bertujuan
untuk menghindari argument dengan membelokkan focus ke asal-usul seseorang atau
sesuatu. Mirip seperti ad hominem namun tak membahas hal mengapa argument tersebut
sebenarnya tidak layak.
Contoh: Seorang politikus diduga melakukan korupsi
dan menerima suap. Namun, politikus tersebut malah berkata bahwa media
saat sangat susah dipercaya.
Black-or-White (False dilemma)
Menyatakan bahwa hanya ada 2 pilihan yang bisa diambil, padahal faktanya masih banyak pilihan yang bisa diambil.
Salah satu taktik
‘jahat’ dalam rupa membentuk argument logis. Padahal, setelah diperiksa lagi
sebenarnya masih banyak kemungkinan yang dapat diambil. Pemikiran seperti ini menutup
kemungkinan untuk membuat variabel, kondisi, dan konteks yang seharusnya bisa
dimasukkan.
Contoh: Dalam
upayanya mempertahankan kekuasaan, seorang dictator mengatakan kepada orang-orang
bahwa mereka harus memilih antara dirinya atau para pemberontak.
Begging the Question
Mengajukan argument yang berputar padahal sebenarnya kesimpulannya sudah terdapat pada premis argument itu.
Argumen semacam
ini sering terjadi dimana orang-orang memiliki asumsi yang sudah sangat mandarah-daging,
sehingga sangat tertanam di otak mereka.
Contoh: kata “Dikep yang Hebat” adalah benar
karena terdapat di buku “Dikep yang Hebatnya Tiada Tara dan Tak Tertandingi”.
Appeal to Nature
Mengatakan bahwa jika sesuatu itu “natural” maka pasti selalu benar, baik, atau ideal.
Sangat banyak
orang yang beranggapan bahwa sesuatu yang “natural” pasti “baik”. Padahal,
sebenarnya kenaturalan sesuatu tidak menentukan baik buruknya sesuatu tersebut.
Semisal kita mengatakan bahwa membunuh itu sangat natural, tapi bukan berarti
itu baik.
Contoh: Orang yang menjajakan obat-obatan herbal
seperti ramuan khusus dan semacamnya. Dia mengatakan bahwa kita harus
waspada kepada obat-obatan buatan seperti antibiotik.
Anecdotal
Menggunakan pengalaman pribadi atau contoh yang tertutup ketimbang argument ataupun bukti yang meyakinkan.
Lebih mudah
bagi kita untuk memahami pengalaman seseorang dibanding memahami dokumentasi
atau buku yang rumit mengenai suatu hal. Penelitian ilmiah kuantitatif akan
lebih akurat ketimbang pengalaman pribadi, namun terkadang kita lebih percaya
pada sesuatu yang mudah kita pahami.
Contoh: Rea
berkata bahwa kakeknya yang merokok 30 batang sehari masih hidup hingga umur
97, sehingga dia tidak percaya penelitian yang mengatakan bahwa merokok
berbahaya bagi tubuh.
The Texas Sharpshooter
Hanya memilih data yang cocok untuk sebuah argument, atau mencari pola yang bisa cocok untuk sebuah anggapan.
Kesalahan ini
bisa dianalogikan seperti seorang penembak yang menembak secara sembarang di
peternakan dan lalu menggambar “bullseye” (gambar target) di tempat yang lubang
tembakannya paling banyak sehingga terlihat bahwa dia adalah penembak jitu. Pola
memang terkada muncul secara natural, tapi bukan berarti bahwa itu menunjukkan
hubungan yang kasual.
Contoh: Sebuah perusahaan
minuman bersoda menunjukkan data 10 negara dimana produk mereka paling banyak
dijual. 7 dari 10 negara tersebut
merupakan negara yang paling sehat di dunia. Maka dari itu, perusahaan
tersebut menyatakan bahwa minuman mereka sangat menyehatkan.
Middle Ground
Menyatakan bahwa sebuah perpotongan, atau titik tengah dua kejadian yang berbeda pasti benar.
Terkadang, kebenaran memang terletak diantara 2
titik ekstrim yang berbeda. Namun, ini bisa membuat pikiran kita keliru dan
menganggap selalu demikian. Ada suatu kasus dimana titik tengah nya tidak bisa
disebut kebenaran. Semisal, titik tengah antara kejujuran dan kebohongan, masih
saja disebut kebohongan.
Contoh: Riko berkata bahwa vaksinasi bisa membuat
anak autis, tetapi temannya yang seorang peneliti berkata bahwa hal tersebut
tak benar. Akhirnya, Anne, teman mereka menyimpulkan bahwa vaksinasi
menyebabkan autisme, tetapi tidak semuanya.
Sekian postingan
yang membahas mengenai kesalahan logika yang sering terjadi. Jika sobat detektif
merasa pernah melakukan atau pernah melihat seseorang melakukan kesalahan-kesalahan
ini, maka bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua agar tidak melakukannya di
masa mendatang. Semoga bermanfaat, salam detektif!
References:
http://www.logicalfallacies.info/presumption/no-true-scotsman/
No comments:
Post a Comment