Jurnal Detektif

A blog about detective, forensics, psychology, weapory and many more!

Full width home advertisement

Senjata: Pelindung dan Penghancur

Keahlian Seorang Detektif

Post Page Advertisement [Top]

Pernahkah kalian melihat adegan-adegan interogasi dalam film-film tertentu? Tentunya sang interogator akan terlihat sabagai seseorang yang berwibawa dan mengerikan, sehingga seseorang yang interogasi akan merasa terintimidasi. Seringkali kita menghubungkan kata “interogasi” dengan ruangan yang gelap, bola lampu, suara keras, dan penyiksaan. Namun, sekarang para interogator itu lebih menggunakan psikologi pada praktek kerja mereka.

Sebagai seorang detektif, tentu saja kita harus bisa mengumpulkan data-data dari para tersangka. Namun, seringkali para tersangka itu tak mau bekerja sama dengan kita dengan tidak memberikan jawaban tertentu. Kita tak mungkin menggunakan metode penyiksaan seperti jaman dahulu, sehingga teknik yang tepat dalam melakukan interogasi sangat dibutuhkan.

Interogasi menurut KBBI adalah pertanyaan atau pemeriksaan terhadap seseorang melalui pertanyaan lisan yang bersistem. Interogasi tak harus selalu dilakukan kepada para pelaku kejahatan namun juga mereka yang dicurigai. Tentunya hal ini berguna bagi kita dalam menyelesaikan beberapa perselisihan kecil di sekitar kita. Semisal ada vas pecah, dan kita tak harus mencari siapa pelakunya, kita tentunya bisa melakukan interogasi pada para tersangka meski tidak seperti yang dilakukan oleh polisi kepada pelaku kejahatan.


Banyak metode interogasi yang pernah dipraktekan selama beberapa tahun ini. Namun, www.jurnaldetektif.blogspot.com akan membahas mengenai cara-cara interogasi dari bagaimana seorang detektif menginterogasi tersangka secara umum.

Menciptakan garis dasar atau baseline

Baseline ditanyakan melalui verbal ataupun non-verbal untuk menciptakan reaksi pelau yang stabil sebelum fase interogasi yang sebenarnya dimulai. Pada bagian ini, sang detektif akan menanyakan pertanyaan yang bisa membuka “bagian lain dari otak” sang tersangka. Biasanya, pertanyaan itu menyangkut memori ataupun kreatifitas. Sang detektif juga harus memperhatikan pergerakan mata si pelaku untuk dicatat, maka dari itu, kalian bisa melihat arti pergerakan mata itu di artikel psikologi Cara Membaca Mata Seseorang (Eye reading)

Pertanyaan seputar kejahatan

Berikutnya adalah dengan pertanyaan seputar kejahatan sembari membandingkannya dengan reaksinya berdasar baseline yang sudah dibuat, untuk menentukkan apakah ia jujur atau tidak. Tentu saja, semua itu tak lepas dari pengamatan kita terhadap mata si pelaku.

Konfrontasi

Setelah itu, sang detektif akan menunjukkan fakta dan bukti yang memberatkan tersangka. Bukti tersebut bisa asli atau hanya dibuat-buat. Sang detektif lalu juga bertindak seolah-olah yakin kalau si tersangka memang pelakunya. Kemudian dilanjutkan dengan pendekatan kepada si pelaku agar dia merasa terintimidasi. Jika si tersangka menunjukkan tanda-tanda gugup dan gemetaran, maka bisa saja dia memang pelakunya.

Pengembangan tema

Detektif lalu membuat cerita bagaimana si tersangka bagaiamana ia melakukan aksi kejahatannya. Dengan memandang langsung ke matanya dan membayangkan bagaimana dia melakukannya, bisa saja membuat si tersangka mengaku. Beberapa aspek yang menentukan kelanjutan dari pengembangan tema tersebut bisa seperti, apakah si tersangka terlihat menyalahkan pelaku? Jika demikian, maka detektif akan melanjutkan pengembangan tadi, atau sebaliknya mengambil tema baru. Perlu diketahui, sebaiknya kita berbicara dengan lembut dan menenangkan agar tak terlihat mengancam sehingga si tersangka  bisa menjawab pertanyaan dengan lebih santai.

Menolak penyangkalan

Jika kita membiarkan si tersangka untuk melakukan penyangkalan seperti mengelak tidak melakukan hal tertentu, maka itu hanya akan menambah kepercayaan dirinya. Maka, kita harus menginterupsinya dengan mungkin memberitahu kalau dia harus mendengarkan terlebih dahulu. Menolak pembelaan bisa menurunkan kepercayaan diri si tersangka. Dalam beberapa kasus, jika si tersangka tak melakukan penyangkalan sama sekali dapat menjadi indikasi kalau si tersangka memang bersalah.

Mengatasi keberatan

Ketika si detektif sudah menstabilkan tema pelaku, maka si pelaku bisa saja melakukan penyangkalan berdasar kan logikanya seperti “Aku tak pernah merampok toko itu, toko ayahku pernah dirampok ketika kecil dan itu sangat menyusahkan keluarga kami, aku tak mau melakukannya ke orang lain.” Hal seperti ini harus diperlakukan lain daripada penyangkalan biasa. Detektif harus pintar memanfaatkan keberatan semacam ini untuk menemukan informasi yang bisa balik menyerang pelaku. Bisa saja keberatan itu malah berakhir dengan pengakuan dari si tersangka.

Mendapatkan perhatian tersangka

Semestinya pada saat ini si tersangka sudah mulai goyah dan frustrasi sehingga dia pasti mencoba mencari bantuan agar bisa keluar dari sesi interogasi yang dia jalani. Maka dari itu, si interogator harus bertingkah lebih bersahabat pada si tersangka dengan lebih tulus. Sang detektif bisa melakukan gestur atau aksi yang menenagkan seperti menepuk pundak tersangka.

Hilangnya “pertahanan” tersangka

Jika seandainya bahasa tubuh si tersangka mengindikasikan bahwa ia menyerah seperti menutupi kepala dengan tangan, membungkukan pundak, dll. Si interogator bisa mulai membujuknya untuk mengakui kesalahannya. Terkadang dia bisa saja meluruskan tema cerita yang sudah si interogator buat. Penting bagi si detektif untuk tetap menjaga kontak mata pada si tersangka agar dia merasa stres dan tidak bisa kabur. Bila tersangka menangis, ini merupakan salah satu indikasi bahwa si tersangka memang pelakunya.

Sebuah pilihan

Berikutnya, si detektif atau interogator akan menyajikan 2 motif yang sangat kontras. Salah satu motifnya memang wajar bisa diterima, seperti “Memang godaan kejahatan selalu ada,” sedangkan yang satunya terkesan jahat dan kejam seperti “Kau membunuhnya karena uang!” Hal-hal tersebut bertujuan untuk menemukan motif sebenarnya dari mengapa si tersangka melakukan aksinya.

Membawa tersangka ke pembicaraan

Setelah si tersangka mengakui motifnya, si interogator akan menyuruh tersangka untuk mengakui aksinya, dengan dua orang saksi. Salah satunya bisa detektif yang lain di ruangan yang sama dan yang lainnya merupakan detektif yang baru masuk. Sekedar informasi, mengakui kesalahan pada orang yang baru masuk bisa meningkatkan tingkat stres si pelaku sehingga dia akan langsung mengesahkan perbuatannya dan keluar dari ruangan itu.

Pengakuan

Langkah terakhir dari semua interogasi ini adalah untuk membawa pengakuan dari si pelaku agar diterima di pengadilan. Si detektif atau interogator akan menyuruh si pelaku menuliskan pengakuannya atau merekam pengakuannya. Biasanya si pelaku akan langsung melakukannya agar bisa lepas dari sesi interogasi. Tentunya si pelaku akan menyatakan bahwa dia mengaku secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Nah, Tulisan diatas adalah langkah-langkah interogasi yang biasa terjadi di kantor polisi. Tentunya untuk interogasi dalam kehidupan sehari-hari dalam kasus yang kecil tak perlu sampai menandatangani surat ataupun yang lainnya, hanya cukup membuat tersangka mengakui perbuatannya. Semoga tulisan kali ini bisa berguna bagi kita para detective-wannabe agar bisa mengungkap kebenaran. Salam detektif!

Reference:

https://people.howstuffworks.com/police-interrogation1.htm

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib