Pernahkah
kalian melihat adegan-adegan interogasi dalam film-film tertentu? Tentunya sang
interogator akan terlihat sabagai seseorang yang berwibawa dan mengerikan,
sehingga seseorang yang interogasi akan merasa terintimidasi. Seringkali kita
menghubungkan kata “interogasi” dengan ruangan yang gelap, bola lampu, suara
keras, dan penyiksaan. Namun, sekarang para interogator itu lebih menggunakan
psikologi pada praktek kerja mereka.
Sebagai seorang
detektif, tentu saja kita harus bisa mengumpulkan data-data dari para
tersangka. Namun, seringkali para tersangka itu tak mau bekerja sama dengan
kita dengan tidak memberikan jawaban tertentu. Kita tak mungkin menggunakan
metode penyiksaan seperti jaman dahulu, sehingga teknik yang tepat dalam
melakukan interogasi sangat dibutuhkan.
Interogasi
menurut KBBI adalah pertanyaan atau pemeriksaan terhadap seseorang melalui
pertanyaan lisan yang bersistem. Interogasi tak harus selalu dilakukan kepada
para pelaku kejahatan namun juga mereka yang dicurigai. Tentunya hal ini
berguna bagi kita dalam menyelesaikan beberapa perselisihan kecil di sekitar
kita. Semisal ada vas pecah, dan kita tak harus mencari siapa pelakunya, kita
tentunya bisa melakukan interogasi pada para tersangka meski tidak seperti yang
dilakukan oleh polisi kepada pelaku kejahatan.
Banyak metode
interogasi yang pernah dipraktekan selama beberapa tahun ini. Namun, www.jurnaldetektif.blogspot.com
akan membahas mengenai cara-cara interogasi dari bagaimana seorang
detektif menginterogasi tersangka secara umum.
Menciptakan garis dasar atau baseline
Baseline ditanyakan melalui verbal
ataupun non-verbal untuk menciptakan reaksi pelau yang stabil sebelum fase
interogasi yang sebenarnya dimulai. Pada bagian ini, sang detektif akan
menanyakan pertanyaan yang bisa membuka “bagian lain dari otak” sang tersangka.
Biasanya, pertanyaan itu menyangkut memori ataupun kreatifitas. Sang detektif
juga harus memperhatikan pergerakan mata si pelaku untuk dicatat, maka dari
itu, kalian bisa melihat arti pergerakan mata itu di artikel psikologi Cara Membaca
Mata Seseorang (Eye reading)
Pertanyaan seputar kejahatan
Berikutnya
adalah dengan pertanyaan seputar kejahatan sembari membandingkannya dengan
reaksinya berdasar baseline yang sudah dibuat, untuk menentukkan apakah ia
jujur atau tidak. Tentu saja, semua itu tak lepas dari pengamatan kita terhadap
mata si pelaku.
Konfrontasi
Setelah itu,
sang detektif akan menunjukkan fakta dan bukti yang memberatkan tersangka.
Bukti tersebut bisa asli atau hanya dibuat-buat. Sang detektif lalu juga
bertindak seolah-olah yakin kalau si tersangka memang pelakunya. Kemudian
dilanjutkan dengan pendekatan kepada si pelaku agar dia merasa terintimidasi.
Jika si tersangka menunjukkan tanda-tanda gugup dan gemetaran, maka bisa saja
dia memang pelakunya.
Pengembangan tema
Detektif lalu
membuat cerita bagaimana si tersangka bagaiamana ia melakukan aksi
kejahatannya. Dengan memandang langsung ke matanya dan membayangkan bagaimana
dia melakukannya, bisa saja membuat si tersangka mengaku. Beberapa aspek yang
menentukan kelanjutan dari pengembangan tema tersebut bisa seperti, apakah si
tersangka terlihat menyalahkan pelaku? Jika demikian, maka detektif akan
melanjutkan pengembangan tadi, atau sebaliknya mengambil tema baru. Perlu
diketahui, sebaiknya kita berbicara dengan lembut dan menenangkan agar tak
terlihat mengancam sehingga si tersangka
bisa menjawab pertanyaan dengan lebih santai.
Menolak penyangkalan
Jika kita
membiarkan si tersangka untuk melakukan penyangkalan seperti mengelak tidak
melakukan hal tertentu, maka itu hanya akan menambah kepercayaan dirinya. Maka,
kita harus menginterupsinya dengan mungkin memberitahu kalau dia harus
mendengarkan terlebih dahulu. Menolak pembelaan bisa menurunkan kepercayaan
diri si tersangka. Dalam beberapa kasus, jika si tersangka tak melakukan
penyangkalan sama sekali dapat menjadi indikasi kalau si tersangka memang
bersalah.
Mengatasi keberatan
Ketika si
detektif sudah menstabilkan tema pelaku, maka si pelaku bisa saja melakukan
penyangkalan berdasar kan logikanya seperti “Aku tak pernah merampok toko itu,
toko ayahku pernah dirampok ketika kecil dan itu sangat menyusahkan keluarga
kami, aku tak mau melakukannya ke orang lain.” Hal seperti ini harus
diperlakukan lain daripada penyangkalan biasa. Detektif harus pintar memanfaatkan keberatan semacam ini untuk menemukan informasi yang bisa balik
menyerang pelaku. Bisa saja keberatan itu malah berakhir dengan pengakuan dari
si tersangka.
Mendapatkan perhatian tersangka
Semestinya pada
saat ini si tersangka sudah mulai goyah dan frustrasi sehingga dia pasti
mencoba mencari bantuan agar bisa keluar dari sesi interogasi yang dia jalani.
Maka dari itu, si interogator harus bertingkah lebih bersahabat pada si
tersangka dengan lebih tulus. Sang detektif bisa melakukan gestur atau aksi
yang menenagkan seperti menepuk pundak tersangka.
Hilangnya “pertahanan” tersangka
Jika seandainya
bahasa tubuh si tersangka mengindikasikan bahwa ia menyerah seperti menutupi
kepala dengan tangan, membungkukan pundak, dll. Si interogator bisa mulai
membujuknya untuk mengakui kesalahannya. Terkadang dia bisa saja meluruskan
tema cerita yang sudah si interogator buat. Penting bagi si detektif untuk
tetap menjaga kontak mata pada si tersangka agar dia merasa stres dan tidak
bisa kabur. Bila tersangka menangis, ini merupakan salah satu indikasi bahwa si
tersangka memang pelakunya.
Sebuah pilihan
Berikutnya, si
detektif atau interogator akan menyajikan 2 motif yang sangat kontras. Salah
satu motifnya memang wajar bisa diterima, seperti “Memang godaan kejahatan
selalu ada,” sedangkan yang satunya terkesan jahat dan kejam seperti “Kau
membunuhnya karena uang!” Hal-hal tersebut bertujuan untuk menemukan motif sebenarnya
dari mengapa si tersangka melakukan aksinya.
Membawa tersangka ke pembicaraan
Setelah si
tersangka mengakui motifnya, si interogator akan menyuruh tersangka untuk
mengakui aksinya, dengan dua orang saksi. Salah satunya bisa detektif yang lain
di ruangan yang sama dan yang lainnya merupakan detektif yang baru masuk.
Sekedar informasi, mengakui kesalahan pada orang yang baru masuk bisa
meningkatkan tingkat stres si pelaku sehingga dia akan langsung mengesahkan
perbuatannya dan keluar dari ruangan itu.
Pengakuan
Langkah
terakhir dari semua interogasi ini adalah untuk membawa pengakuan dari si
pelaku agar diterima di pengadilan. Si detektif atau interogator akan menyuruh
si pelaku menuliskan pengakuannya atau merekam pengakuannya. Biasanya si pelaku
akan langsung melakukannya agar bisa lepas dari sesi interogasi. Tentunya si
pelaku akan menyatakan bahwa dia mengaku secara sukarela dan tidak ada paksaan
dari pihak manapun.
Nah, Tulisan
diatas adalah langkah-langkah interogasi yang biasa terjadi di kantor polisi.
Tentunya untuk interogasi dalam kehidupan sehari-hari dalam kasus yang kecil
tak perlu sampai menandatangani surat ataupun yang lainnya, hanya cukup membuat
tersangka mengakui perbuatannya. Semoga tulisan kali ini bisa berguna bagi kita
para detective-wannabe agar bisa mengungkap kebenaran. Salam detektif!
Reference:
https://people.howstuffworks.com/police-interrogation1.htm
No comments:
Post a Comment