Ilmu forensik terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Tentu saja hal tersebut sejalan dengan semakin stabil nya ilmu forensik modern. Meskipun hal ini tentu saja muncul bersamaan dengan penelitian obat dan kesehatan ( karena berhubungan dengan kematian), butuh waktu yang cukup lama untuk jurnal dan karya ilmiah yang dapat menjadi acuan dalam penentuan waktu kematian tersebut. Pada kesempatan kali ini, Jurnal Detektif akan membahas secara singkat beberapa acuan yang dapat digunakan untuk memperkirakan waktu kematian seseorang.
 |
Jenazah yang Sudah Lama Meninggal Tetap Memiliki Tanda yang Bisa Menjadi Petunjuk source: Pixabay |
Beberapa poin yang terdapat pada artikel ini dapat dikatikan dengan sebuah topik yang disebut sebagai Forensik Patologi (Forensic Pathology). Intinya, cabang ilmu forensik tersebut akan membahas mengenai penyebab kematian manusia yang tiba-tiba atau belum saatnya, yang tentu saja dalam hal ini termasuk sebagai tindakan kriminal seperti pembunuhan. Investigamin hanya akan menggunakan sedikit sumber saja pada artikel ini karena memang ini sudah termasuk ilmu pasti. Untuk referensi pada artikel jurnal ini tentu saja dapat dipercaya karena merupakan sebuah karya ilmiah. Obserfans tentu saja dapat mengeceknya sendiri karena referensi selalu Investigamin berikan di bagian bawah.
Livor Mortis
Livor Mortis memiliki arti "death color" atau warna pada kematian. Ketika tubuh manusia mulai membusuk, darah mulai merembes melalui jaringan tubuh untuk menuju ke bagian tubuh yang lebih rendah (perhatikan ilustrasi di bawah ini). hal tersebut menyebabkan kulit di area tersebut berubah warna menjadi ungu kebiruan, seperti warna sel darah merah yang telah berubah tersebut. Area tersebut mengalami perubahan warna karena terjadi pengumpulan darah atau yang sering disebut sebagai lividity atau juga hypostasis. Peristiwa lividity terjadi sekitar 2 jam setelah kematian.
 |
Ilustrasi Livor Mortis source: scienceabc.com |
Sebagai salah satu petunjuk untuk memperkirakan waktu kematian, kita bisa tau bahwa muncul lividity menandakan waktu kematian orang tersebut adalah minimal dua jam yang lalu. Jika orang tersebut sudah meninggal diantara 2 sampai 8 jam, permukaan kulit yang ditekan akan membuat warna darah pada lividity tersebut menghilang. Tetapi, jika orang itu sudah meninggal lebih dari 8 jam, maka lividity tersebut tidak akan hilang meski sudah ditekan. Selain itu, suhu ruangan juga mempengaruhi lividity, dimana suhu yang lebih tinggi atau hangat akan menambah tingkatan lividity, sedangkan suhu yang rendah akan menjadi sebaliknya.
Selain digunakan untuk menentukan waktu kematian, lividity juga dapat menentukan posisi kematian seseorang. Berikut ini Investigamin akan merangkum beberapa lokasi lividity tergantung pada posisi jasad secara lebih singkat dan sederhana:
- Posisi duduk (selonjor di lantai): Area bokong, paha dan pangkal paha, ujung tangan, dan bagian betis serta tumit kaki
- Posisi telentang: Area tangan, punggung, bokong, kaki dan tumit yang bersentuhan dengan lantai
- Posisi telungkup: Area dada, tangan, pinggul, paha, dan kaki yang bersentuhan dengan lantai.
Singkatnya, darah yang mengumpul akan selalu menuju ke daerah tubuh yang berada di sisi yang lebih rendah. lividity juga dapat mengungkap apakah jasad tersebut sudah pernah dipindahkan. tentu saja karena posisi lividity dapat menunjukan posisi mayat minimal dua jam setelah kematian terjadi.
Algor Mortis
Algor Mortis memiliki arti "Death heat" atau suhu pada kematian. Algor Mortis merupakan gambaran mengenai hilangnya temperatur atau pendinginan yang terjadi pada sebuah mayat. Beberapa faktor yang mempengaruhi Algor Mortis adalah seperti:
- Suhu ruangan (ini pasti)
- Pakaian
- dan masih banyak lagi.
Menurut investigamin, suhu akhir mayat tentu saja akan menyesuaikan suhu ruangan tempat mayat tersebut berada. pada 12 jam pertama, suhu mayat akan berkurang sebesar 0,78 derajat celcius per jam nya. Sedangkan setelah 12 jam, suhu mayat akan berkurang sebesar 0,39 derajat celcius per jam. Investigamin masih menyelidiki perkiraan waktu kematian dengan melihat Algor Mortis. Sementara ini, penulis masih berasumsi bahwa dilakukan pengukuran suhu selama 2x dalam rentang sekitar 1 jam untuk melihat perubahan suhu yang terjadi.
Rigor Mortis
Rigor Mortis berarti "Death stiffness" atau kekakuan pada kematian. Mungkin para Obserfans sekalian pernah mendengar orang yang mengatakan bahwa tubuh jasad yang sudah mulai kaku. Ternyata, kekakuan jasad dapat menjadi penanda untuk dapat menentukan waktu kematian jasad tersebut. Sebelumnya mari kita membahas apa yang menyebabkan kekakuan tersebut secara singkat. Coba perhatikan ilustrasi dari kerja otot yang sedang berkontraksi dan relaksasi dibawah ini.
 |
Ilustrasi Serat Otot yang Melakukan Kontraksi source: Estimating Time of Death -Forensics 2014-1015
|
Secara singkat, terjadinya kontraksi disebabkan oleh kalsium yang dilepaskan oleh membran sel. transport aktif kemudian menyingkirkan kalsium tersebut sehingga otot kembali relaks. Proses relaksasi tersebut membutuhkan oksigen dan energi.
Terjadi peristiwa mayat yang kaku disebabkan otot rangka yang terkunci pada posisi kontraksi dan tidak bisa kembali ke posisi relaksasi. Kalsium terus keluar dari dalam sel dan otot tetap berada pada posisi kontraksi karena tidak ada transport aktif setelah seseorang meninggal (karena butuh energi dan oksigen).Berikut ini Investigamin paparkan poin kekakuan mayat:
- 2 jam setelah kematian mulai dari kepala (termasuk wajah) dan leher.
- 12 jam setelah kematian adalah puncak dari kekakuan ini dimana seluruh tubuh akan menjadi sangat rigid atau kaku.
- 15 jam setelah kematian, kekakuan tersebut akan berkurang karena serat otot mulai terurai dan melembut.
- Kekakuan akan banyak menghilang 36 jam setelah kematian.
- Meskipun begitu, Rigor (kekakuan) dapat terus bertahan hingga mencapai waktu 48 jam setelah kematian.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Rigor Mortis adalah sebagai berikut:
- Temperatur: semakin tinggi suhu maka kekakuan akan semakin cepat
- Pakaian: pemakaian pakaian akan meningkatkan suhu sehingga kekakuan menjadi lebih cepat
- Matahari: paparan sinar matahari akan mempercepat kekakuan
- Kegiatan: Kondisi sebelum kematian yang melakukan banyak gerakan seperti perkelahian atau olahraga dapat mempercepat kekakuan, kondisi relaks seperti tidur memberikan dampak sebaliknya.
- Berat badan: Semakin berat maka akan semakin memperlambat kekakuan karena lemak menyimpan oksigen.
Penutup
Mungkin sekian dulu artikel mengenai beberapa tanda yang dapat digunakan untuk memperkirakan waktu kematian seseorang. Sebenarnya masih ada lagi 2 hal yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan kematian seseorang yakni konten pencernaan dan tahap dekomposisi. Namun, hal tersebut tentu akan dibahas pada kesempatan lain. Salam detektif!
references:
https://aboutforensics.co.uk/forensic-pathology/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549867/
Estimating Time of Death - Forensics 2014-1015, South Hadley Public School
No comments:
Post a Comment