Jurnal Detektif

A blog about detective, forensics, psychology, weapory and many more!

Full width home advertisement

Senjata: Pelindung dan Penghancur

Keahlian Seorang Detektif

Post Page Advertisement [Top]

Hai Obserfans! Setelah lama tidak mengisi blog ini, Investigamin ingin berbagi lagi satu pemikiran menarik mengenai detektif kesayangan kita yang satu ini. Kali ini kita akan membahas mengenai Stoicisme dan Sherlock Holmes. Stoicisme sendiri adalah salah satu filosofi helenistik yang dimulai pada abad ke-3 SM. Investigamin mengamati banyak akun media sosial yang bertemakan pengembangan diri, Stoicisme ini sepertinya benar-benar sangat banyak diulas dan dibahas. Lalu benarkah Sherlock adalah seseorang penganut sebuah filosofi yang tetap populer setelah melewati lebih dari dua milenium?

Stoicism
source: ToughNickel

Apa itu Stoicisme?

Stoicisme adalah sebuah filosofi yang muncul pertama kali pada abad ke-3 SM. Seorang pedagang yang bernama Zeno bernasib sial. Ketika Ia melakukan perjalanan, kapal nya hancur dan dia kehilangan hampir segalanya. Setelah berhasil mencapai Athena, Zeno mulai belajar filosofi dari 2 filosofer: Crates dan Stilpo. Setelah pertemuan itu, Zeno mendirikan sebuah perkumpulan. Pengajarannya terus berkembang hingga menjadi Stocisme yang kita kenal hingga saat ini.

Beberapa tokoh stoicist yang terkenal semisal:
  • Marcus Aurelius, Kaisar Romawi
  • Epictetus, Seorang budak yang menjadi dosen dan teman kaisar Romawi Hadrin
  • Seneca, Seorang penasihat politik
Dan sebenarnya masih banyak lagi tokoh2 influensial pop-culture yang terkenal, menjadi bagian dalam filosofi ini.

Dalam Stoicisme, terdapat 4 pilar utama yang disebut 4 virtues of stoicism. 4 pilar atau fondasi utama itu adalah:
  1. Courage
  2. Temperance
  3. Justice
  4. Wisdom
Bisa kita lihat bahwa 4 pilar tersebut mengandung nilai-nilai kebaikan yang seharusnya dimiliki oleh seorang penganut stoic. yaitu:
       
    ... Menjadi berani (courage)
    ... Menjadi orang yang tenang dan selalu menahan keinginan diri (Temperance)
    ... Melakukan sesuatu yang benar (Justice)
    ... Melihat dan mencari kebenaran dan beusaha mengerti (wisdom)

Semua berawal dari ke 4 pilar tersebut. Selama berabad-abad dikembangkan menjadi berbagai pengajaran, pola perilaku, dan tentu saja menjadi quotes terkenal, hehehe. Beberapa quotes yang mungkin kita pernah dengar dari para stoicist adalah:
The best revenges is not to be like your enemy.

          - Marcus Aurelius


As long as you live, keep learning how to live to err is human, but to persist (in the mistake) is diabolical.

          - Seneca

Perkataan Seneca diatas adalah salah satu quotes yang selalu investigamin ingat. Kita hidup untuk belajar, dan tentunya tidak akan luput dari kesalahan. Tetapi, ketika kita terus membiarkan kesalahan tersebut, kita sudah tidak belajar kehidupan lagi. Kesalahan pertama adalah kewajaran, namun beberapa kesalahan yang berikutnya adalah pilihan.

Sherlock dan Stoicisme

Setelah kita sedikit mendapat gambaran mengenai stoicisme, sekarang kita akan membahas bersama tentang kemungkinan bahwa Sherlock adalah seorang stoicist. Jika kita melihat di semua novel, tak ada kalimat atau pernyataan baik dari narasi ataupun dari Sherlock sendiri yang mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mendalami Stoicisme. 

Lalu, apakah bisa kita simpulkan bahwa Sherlock bukanlah seorang Stocist? Jawabannya adalah belum bisa kita tentukan. Pada tingkat yang tertinggi, seorang yang mendalami sebuah filosfi tak akan atau sangat teramat jarang akan menjelaskan filosofi yang dia jalani. Hal tersebut sama seperti yang pernah dikatakan Epictetus:
Don't Explain your philosophy. Embody it.

            - Epictetus

Kita tak perlu menjelaskan ataupun mengatakan diri kita sebagai seseorang yang menganut sebuah filosofi. Hal yang perlu kita laksanakan adalah mewujudkan (embody) filosofi tersebut. Berikan bukti bukan janji, jangan hanya sekedar kata-kata melainkan perbuatan. Maka dari itu, terdapat kemungkinan bahwa Sir Arthur ingin menyisipkan karakter stoicisme tanpa secara eksplisit disebutkan di dalam narasi cerita.

Pengingat dari Epictetus
source: weheartit.com

Action Speak Louder Than Word

Sebenarnya jawaban dari pertanyaan kita sederhana. Stoicisme terdiri dari 4 pilar utama yang telah ditulis diatas. Menghidupi pilar tersebut dalam diri seseorang sama saja menghayati nilai Stoicisme dalam hidup. Apakah Sherlock mengamalkan ke-4 pilar tersebut di dalam hidupnya? Mari kita bahas bersama-sama.
  1. Courage.  Sepertinya, hal ini tak perlu diragukan lagi. Sherlock Holmes adalah seorang pribadi yang berani. Dalam berbagai adegan dalam novel dan film, Sherlock tampak berani menghadapi berbagai musuh dan halangan dengan cepat dan tepat. Investigamin berpendapat bahwa courage merupakan pilar utama Stoicisme karena keberanian dapat membawa kita untuk bisa membuka pilar yang lain.
  2. Temperance. Istilah sederhananya adalah Self-Restraint atau penahanan diri. Selain mengacu pada perbuatan, hal ini juga mengacu kepada ekspresi atau emosi. Nah, setelah kita pahami istilah ini tentunya kita tahu bahwa Sherlock adalah orang yang sangat jarang menunjukkan emosinya terutama di saat-saat penting. Meski begitu, sebenarnya emosi tak sepenuhnya buruk. Hanya kebanyakan orang tak bisa mengaturnya.
  3. Justice. Tentu saja Sherlock adalah seorang yang menjujung tinggi kebenaran. Bagaimana tidak? dia adalah seorang detektif yang membantu pekerjaan polisi. Meskipun banyak sekali tindakan nya yang kurang etis, tindakan tersebut seringkali didasari oleh rasa keadilan.
  4. Wisdom. Nah, kalo yang ini sih sudah sangat jelas. Sherlock Holmes sering kali menekankan mengani kebijaksanaan, observasi, pengetahuan, dan kebenaran. Sherlock dapat melihat kebenaran yang tak bisa dilihat oleh orang lain, dan dia dapat melakukan keputusan yang penuh dengan pertimbangan.
Kalo Investigamin bisa memberikan skor hubungan Sherlock dan Stoicisme, Secara garis besar, Sherlock akan mendapatkan skor 98. Tentu saja dalam novel nya terkadang karakter Sherlock dalam stoicisme tidaklah konsisten dan itu hal yang wajar.

Seperti kebanyakan orang, sebenarnya watak sebagai seorang Stoicist sudah menjadi sebuah kebajikan yang harus dipegang tiap individu. Maka, tak heran bahwa author dari Sherlock Holmes tak menekankan sisi stoic ataupun mengatakan nya secara terbuka. Stoicisme tidak hanya menjadi sebuah filosofi belaka melainkan juga telah menjadi sebuah "watak wajib" yang dimiliki oleh banyak tokoh utama selain "anti-hero" di berbagai cerita pop-culture.

References:

https://dailystoic.com/


No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib