Setelah lama
tidak membahas topik General, pada kesempatan ini jurnaldetektif akan membahas
mengenai ilmu bela diri. Seperti yang kita tahu, banyak sekali seni bela diri
yang ada di dunia: karate dari Jepang, krav maga dari Israel, pencak silat dari
Indonesia, dan masih banyak lagi. Jika kalian pernah melihat dua film Sherlock Holmes
yang dibintangi Robert Downey Jr., tentunya kalian masih terbayang fight scene yang intens dan menarik dari
film tersebut. Tapi, apa sebenarnya nama seni bela diri yang dipakai oleh
Sherlock dalam adegan tersebut?
The Gentleman's Martial Arts Source: en.wikipedia.org |
Tujuan dari
postingan kali ini adalah untuk menganalisis gerakan pada adegan dari cuplikan
film Sherlock Holmes (2009) yang terdapat di 2 video di bawah ini:
Video pertama:
Video Kedua:
Baritsu dan Bartitsu
Untuk kalian
yang tak sempat menonton, video pertama adalah adegan dimana ia bertarung
menggunakan tangan kosong, sedangkan pada video kedua perhatikan lebih lanjut
pada penggunaan tongkat di awal-awal adegan tersebut.
Kita bisa
melihat di video pertama bahwa sherlock melakukan tangkisan dan serangan balik
dengan gaya yang cukup aneh, dan tak penulis kenali dari bela diri manapun. Berikutnya, dia memasang gaya bertarung boxing yang terlihat dari tangannya, namun
di akhir adegan dia melancarkan tendangan yang jelas-jelas bukan gaya boxing, melainkan ke arah kickboxing.
Pada video kedua,
yang ingin penulis tekankan hanya ada di awal adegan ketika Sherlock berhadapan
dengan orang, yang besar yang berkumis dan dengan rambut pendek. Dia
menggunakan tongkat untuk bertarung. Menurut penulis, dari pola pukulannya mencerminkan bahwa dia
tidak sembarangan memukul, namun menggunakan teknik bertarung.
Sebenarnya,
sang penulis novel, Conan Doyle, pernah membuat satu kisah Sherlcok Holmes
dengan judul “The Adventure of the Empty House” di 1903. Di cerita itu, terdapat
cuplikan yang tertulis seperti berikut:
When I reached the end I stood at bay. He drew no weapon, but he rushed at me and threw his long arms around me. He knew that his own game was up, and was only anxious to revenge himself upon me. We tottered together upon the brink of the fall. I have some knowledge, however, of baritsu, or the Japanese system of wrestling, which has more than once been very useful to me. I slipped through his grip, and he with a horrible scream kicked madly for a few seconds and clawed the air with both his hands. But for all his efforts he could not get his balance, and over he went. With my face over the brink I saw him fall for a long way. Then he struck a rock, bounced off, and splashed into the water.
Terjemahannya:
Ketika aku mencapai akhir, aku berdiri di ujung. Dia tidak menghunus senjata, namun bergegas ke arahku dan mencengkramku dengan lengan panjangnya. Dia tahu bahwa permainanya telah usai, dan hanya cemas karena ingin membalaskan dendamnya padaku. Kami terhuyung Bersama di tepi jurang air terjun. Aku punya sedikit ilmu, tentang baritsu, atau sistem gulat dari jepang, yang telah berkali-kali berguna bagiku. Aku menghindari cengkeramannnya, dan dia dengan teriakan yang mengerikan menendang secara liar selama beberapa detik dan mencakar udara dengan kedua tangannya. Namun, semua usahanya tak dapat mempertahankan keseimbangannya dan jatuhlah dia. Diriku di tepi jurang melihat dia jatuh untuk waktu yang lama. Lalu dia menabrak baru, terpental, dan jatuh ke air.
Nah, yang menarik dari cuplikan novel di atas
adalah kata-kata baritsu, dimana kata
tersebut mungkin saja sebenarnya merujuk ke kata bartitsu, sebuah ilmu bela diri yang ada di Inggris saat Conan
Doyle menulis novel Sherlock Holmes.
Sekarang kita sudah tahu bahwa Sherlock Holmes
diceritakan memiliki pengetahuan bela diri yang disebut baritsu, namun pada kedua
cuplikan tadi jelas-jelas bukan gerakan gulat. Dengan kata lain, bisa jadi untuk
filmnya memang sudah direncanakan kalau si Sherlock bertarung dengan Bartitsu
bukan Baritsu.
Mengenal Bartitsu
Sekarang kita akan membahas mengenai Bartitsu. Pada
tahun 1898, Edward William Barton-Wright, seorang insinyur dari Inggris yang
pernah menghabiskan 3 tahun di jepang kembali ke Inggris dan mengumumkan “Seni
Bela Diri Baru”. Katanya, seni bela diri ini menggabungkan elemen-elemen
terbaik dari gaya bertarung menjadi satu dan diberi nama Bartitsu. Barton-Wright
sebelumnya juga pernah belajar boxing, gulat,
anggar, savate (French kickboxing)
dan ilmu menggunakan stiletto (semacam pisau). Dia mempelajari semua itu dari para
ahli yang terkenal.
Edward William Barton-Wright Source: www.rgreen.co.uk |
Menurut penjelasan dari seri artikel yang dibuat
Barton-Wright untuk Majalah Pearson antara tahun 1899 dan 1901, Bartitsu paling
banyak mengambil elemen dari Shinden Fudo Ryu jujutsu dari Terajima Kuniichiro
dan Kodokan Judo. Seperti yang kita tahu, kedua bela diri tersebut menekankan
bantingan dan kuncian, serta sedikit serangan tangkisan.
Lalu kenapa jurnaldetektif mengatakan di video
kedua tadi, dimana Sherlock menggunakan tongkatnya untuk bertarung, memiliki
hubungan dengan Bartitsu? Jadi, setelah didirikan di london, Bartitsu berkembang
dan menggabungkan teknik dari gaya jujutsu yang lain, termasuk juga British
boxing, Swiss schwingen, French savate, dan la canne (stick fighting) yang
dikembangkan oleh Pierre Vigny dari Swiss. Nah, semakin besar kemungkinan bahwa
memang teknik yang digunakan oleh Sherlock memang Bartitsu.
Perhatikan video
ini:
Pada video
tersebut kita bisa melihat gerakan yang mirip dilakukan oleh sherlock pada
video kedua, meskipun panjang tongkat yang digunakan berbeda.
Kesimpulan
Sekali lagi,
ini hanya teori menurut jurnaldetektif semata, tentu saja untuk mengetahui
sebenarnya apa seni bela diri yang dimiliki oleh Sherlock Holmes, semua tergantung
dari sang penciptnya Sir Arthur Conan Doyle, atau paling tidak director dari
film Sherlock Holmes itu sendiri. Secara pribadi, penulis juga tertarik dengan
Bartitsu ini sendiri karena memiliki elemen yang beragam dari bela diri di dunia.
Semoga dengan artikel ini, sobat
detektif menjadi paham dan mungkin memiliki teori baru yang bisa kalian bagikan
di kolom komentar. Salam detektif!
References:
No comments:
Post a Comment